الوقت

Popular Posts

Pengunjung

Flag Counter

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 10 Maret 2016
Agama islam adalah agama yang sempurna dan paripurna yang mana didalamnya telah diajarkan cara-cara atau metode-metode pendidikan (tarbiyyah) yang sangat efektif dan efisien untuk diterapkan dalam dunia pendidikan secara umum,  diantara metode-metode tersebut adalah:

1. Metode Pemberian Kisah

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran” (Yusuf 111)

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (Al-A’raf 176)

Maka dari itu tatkala kita menbaca Al Quran maka akan kita dapati didalamnya kisah-kisah yang agung dan mulia, dan Allah memberikan kisah-kisah tersebut sebagai salah satu metode mendidik hamba-hambanya gar bisa mengambil ibrah dan pelajaran dari kisah-kisah yang ada di dalam Al Quran. Begitu juga Nabi Muhammad diantara metode dakwak dan pendidikan beliau adalah dengan memberikan carita kepada para sahabatnya, maka jika kita tengok kedalam berbagai ktab hadits niscaya akan kita dapati hadits-hadits mengenai bagaimana nabi memberikan kisah-kisah dan cerita kepada para sahabtnya.


2. Metode Berdialog

Metode Pemberian Perumpamaan
الْمُؤْمنُ للْمُؤْمِن كَالْبُنْيَانِ يَشدُّ بعْضُهُ بَعْضاً

“Orang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya”.(HR. Bukhari)

Dalam hadits ini Nabi Muhammad mengumpamakan seorang mukmin dengan sebuah bangunan yang mana sebuah bangunan itu tidak akan mungkin berdiri dengan baik dan kokoh jika hanya terbangun atas satu unsur saja baik itu tiang, pintu atau[pun jendela.

3. Metode Pengulangan Kata

ويلٌ للذي يحدِّثُ فيكذِبُ ليُضحكَ بهِ القومَ ويلٌ لهُ ويلٌ لهُ

“Celakalah bagi orang yang berbicara dengan perkataan dusta agar orang-orang tertawa celaka baginya, celaka baginya.” (HR. Tirmidzi)

Dalam hadits ini Nabi Muhammad mengulang-ulang kata celaka baginya, ini ditunjukkan aka mustami’ atau yang mendengarkan lebih memperhatikan apa yang beliau sampaikan.

4. Metode Pemberian Pujian

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّهُ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ؟ قَالَ : لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لا يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوْلَى مِنْكَ ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ ، إِنَّ أَسْعَدَ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ

“Dari Abu Hurairah ia berkata: Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu pada hari kiamat kelak ? Beliau bersabda: Sungguh aku telah mengira wahai Abu Hurairah tidak ada yang akan menanyakan pertanyaan ini untuk pertama kalinya melainkan dirimu, karena aku melihat kesungguhhanmu terhadap hadits, sesungguhnya manusia yang paling bahagia mendapatkan syafaatku hari kiamat kelak adalah seseorang yang mengucapkan “Laa ilah illallah’ tulus dan ikhlah dari hatinya”. (HR. Bukhari)

Didalam hadits ini terdapat metode pemberian pujian, yang diberikan Nabi Muhammad kepada Abu Hurairah karena semangat yang ia miliki dalam menekuni hadits Nabi.

5. Metode Penulisan atau Penggambaran

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطًّا، وَخَطَّ عَنْ يَمِينِهِ خَطًّا، وَخَطَّ عَنْ يَسَارِهِ خَطًّا، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ» ، ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا فَقَالَ: «هَذِهِ سُبُلٌ، عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: “Suatu hari Rasul menggambar sebuah garis kemudian sebuah garis di kannnya dan sebuah garis di sisi kirinya kemudian berkata ini adalah jalan Allah, kemudian membuat garis-garis (kecil disampingnya) maka beliau bersabda: jalan-jalan ini, pada setiap jalannya terdapat setan yang menyeru kepadanya (untuk mengikutinya)”. (HR. Bukhari)

Dalam hadits ini Nabi mendidik para sahabatnya dengan membuat gambar dengan garis-garis agar para sahabat lebih mehamami apa yang beliau sampaikan.

wallahu a'lam

Rujukan:
-Riyadhus Shalihin lil Imam An Nawawi
-Arbain An Nawawi
-Hadits Miah (١٠٠)

Penulis: Fatwa Hamidan 

             

0 komentar: